Kontroversi Raja Dangdut mengenai Politisasi Agama

Diposting oleh Gamping Mengidul di 05.53
Memang jika kita berada pada suasana kampanye, terlihat banyak metode, gaya, cara maupun strategi para calon dalam berkampanye untuk mangambil hati masyarakat. Sama hal seperti isu terhangat baru – baru ini mengenai kasus yang menimpa raja dangdut sekaligus pendakwah H. Rhoma Irama, ceramah yang disampaikannya pada saat memberikan ceramah shalat tarawih di Masjid Al Isra, Tanjung Duren, Jakarta Barat, Minggu, (29/7/2012) dianggap berbau SARA karena dalam ceramahnya, bang Rhoma mengimbau pada para jamaah harus memilih pemimpin yang seiman, "Islam itu agama yang sempurna, memilih pemimpin bukan hanya soal politik, melainkan juga ibadah. Pilihlah yang seiman dengan mayoritas masyarakat Jakarta," ujarnya. Dakwahan ini dianggap menyinggung SARA yang memang mungkin ada pada calon gubernur lainnya.

Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu Jimly Asshidiqie, menanggapi bahwasanya  isu ras, suku dan agama memang diperbolehkan namun hanya sebatas transparasi dan tidak menyudutkan calon lainnya. Bang Rhoma yang juga tim pendukung pasangan calon gubernur Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli ini membantah isu ceramahnya mengandung SARA dan ceramahnya hanya membenarkan kandungan dalam Al – qur’an, namun jika bang Rhoma terbukti bersalah, dia akan dikenai sangsi.

Maka sanksi pelanggaran itu sudah dicantumkan dalam UU No 32 Tahun 2004 Pasal 116 Ayat 1 kampanye di luar jadwal, sanksi Pasal 116 Ayat 2 larangan menghasut menghina seseorang SARA dan Pasal 116 Ayat 3 larangan menggunakan tempat ibadah. Semua ancaman tersebut pidana dan denda," imbuh Ramdansyah.

Terbukti dari kasus Rhoma Irama ini masih saja ada politisasi agama, "Kasus Rhoma membuktikan agama masih menjadi alat politik. Padahal semestinya agama harus menjadi landasan, etika dan spirit dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara," ujar Faozan Amar dalam pesan singkat kepada detikcom, Kamis, (9/8/2012).

Mungkin dari isu – isu dan pernyataan diatas membuat kita terbangun dan membuka mata kita bahwasanya dinegara ini yang memang memiliki banyak keberagaman dari ras, suku, dan agama haruslah dapat menjaga kesatuan kita dalam berbangsa dan bernegara. Jangan karena perbedaan kita memunculkan perselisihan dan permusuhan. Dalam aktivitas perpolitikan biarlah berproses pada lingkup politik dan biarkan masyarakat memilih dengan hati nuraninya masing – masing, tanpa menyinggung SARA. Karena kondisi kampanye ini sangatlah sensitif dengan isu – isu yang akan menyinggung pihak calon lainnya.

Namun ada baiknya panwaslu dapat mengatasi hal ini, tidak sampai berlarut – larut mengusutnya, karena masih banyak hal – hal yang perlu di tangani  untuk kepentingan masyarakat dalam menentukan nasib Jakarta kedepannya. Marilah kita semua mengutamakan kemakmuran masyarakat yang memang mengharapkan pemimpin yang amanah dan beradab.

Semoga kasus itu dapat diselesaikan dengan mengambil keputusan yang adil sesuai dengan realitas dan bukti serta saksi yang ada. Tapi entahlah jangan sampai kasus ini juga adegan permainan politik.

 

 

 

1 komentar:

mila mengatakan...

lama - lama semua dai berpolitisi nanti.yah semoga dapat membedakan politis dan agama.

Leave a Reply

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))